Hari ini, 9 April 2014 merupakan hari besar dalam kalender pemerintahan di Indonesia. Pasalnya hari ini merupakan pesta demokrasi bagi seluruh bangsa Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, tentu saja aku ikut meramaikan pesta ini dengan turut serta menyumbang suara bagi para calon anggota legislatif. Jelas aku peduli akan nasib masa depan negeri ini, sehingga aku tak mau membuang begitu saja kesempatan memilih para calon dewan yang harapannya benar-benar akan mewakili rakyat di kursi legislatif. Terlebih lagi tahun ini merupakan tahun pertama aku mendapat hak suara untuk memilih, so pasti aku tak akan menyianyiakannya.
Nah, di tulisanku kali ini aku ingin mengungkapkan
pendapatku mengenai pelaksanaan pemilu legislatif yang baru saja berlangsung.
Menurutku masih banyak kekurangan yang menyertai pesta demokrasi ini. Mulai
dari awal kampanye sampai pemungutan suara hari ini.
Pertama, berkaitan
dengan kampanye terbuka. Menurutku kampanye yang dilakukan oleh sebagian besar
caleg atau partai politik beberapa waktu yang lalu masih belum mampu menyentuh
esensi sesungguhnya dari kampanye itu sendiri. Seharusnya melalui kampanye,
para caleg atau partai politik berusaha meyakinkan masyarakat untuk memilihnya/
menyumbangkan suaranya untuk dirinya melalui pengenalan dan penawaran visi misi
beserta program-program yang mereka usung.
Ironisnya, beberapa kampanye yang aku temui justru
meninggalkan kesan yang kurang baik di hati masyarakat. Misalnya kampanye yang
banyak dilakukan dengan konvoi menggunakan kendaraan bermotor yang suaranya
sengaja di buat berisik. Hal ini jelas mengganggu kenyamanan masyarakat. Baik
itu masyarakat sekitar tempat konvoi, ataupun para pengguna jalan yang sedang
melintas. Jelas tidak bisa dipungkiri bahwa suara kendaraan bermotor yang
banyak mereka gunakan menimbulkan polusi suara yang sangat mengganggu. Memang
sepengetahuanku pemerintah telah melarang penggunaan sepeda motor yang bising
untuk kampanye. Namun pada kenyataannya, kampanye-kampanye yang aku temui di
jalan beberapa waktu kemarin ini masih tetap menggunakan kendaraan yang bising.
Selain itu, di beberapa kampanye tampak masih ada beberapa
anak di bawah umur yang turut serta. Padahal pemerintah jelas sudah
melarangnya.
Ada pula kampanye yang disertai dengan pesta minuman keras.
Hal ini jelas sangat-sangat memprihatinkan. Seharusnya caleg atau partai
politik tidak memfasilitasi para peserta kampaye dengan hal-hal negatif semacam
ini.
Kampanye damai yang diusung pemerintah pun belum mampu
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena menurut informasi yang aku
peroleh dari masyarakat sekitarku, ketika kampanye di suatu daerah yang tak
jauh dari tempat tinggalku, ada dua kubu yang saling terlibat ketegangan dan
menimbulkan kericuhan. Hal ini tentu menimbulkan ketakutan dalam diri
masyarakat. Mengeai hal ini, aku memang belum tahu pasti benar atau tidak
(karena memang aku tidak menggali informasi lebih dalam lagi mengenai hal ini),
akan tetapi ketika masyarakat telah ramai-ramai membicarakan hal ini, jelas
kampanye yang ada belum sepenuhnya mampu menjadi kampanye damai, dan belum
mampu meninggalkan kesan yang damai di hati masyarakat.
Berkaitan dengan atribut-atribut kampanye seperti poster,
spanduk, dll.nya pun juga belum tertib. Buktinya pada hari-hari tenang,
berbagai atribut kampanye masih ada yang belum dilepas. Selain itu ada pula
berbagai atribut kampanye yang tidak dilepas dengan sebagaimana mestinya,
misalnya hanya asal dirusak/ disobek, dan sebagainnya. Perlakuan semacam ini
banyak meninggalkan sobekan-sobekan atribut yang masih tertinggal di
pohon-pohon, gapura, maupun di tempat-tempat lain di pinggir jalan. Hal ini
tentu mengurangi nilai keindahan dan kebersihan lingkungan.
Kedua, berkaitan
dengan sosialisasi pemilu. Menurutku sosialisasi yang ada masih sangat kurang.
Terutama untuk para pemilih pemula, para lansia, maupun para pemilih yang
merantau.
Bagi para pemilih pemula(termasuk aku), sosialisasi
mengenai pemilu sangat penting untuk diberikan. Baik itu berkaitan dengan
pentingnya pemilu, maupun aturan-aturan atau tata cara dalam pemilu. Hal ini
karena para pemilih pemula tentu memiliki wawasan yang masih sangat minim
berkaitan dengan pemilu. Oleh karena itu harus ada perhatian khusus bagi
mereka, mengingat mereka adalah para pemuda calon penerus bangsa. Jika tidak
ada sosialisasi bagi mereka, hal yang patut dikhawatirkan adalah mereka lebih
tertarik bergabung dengan para golputers. Jika dari awal saja mereka sudah
memilih menjadi bagian dari golputers, tentu mereka berpotensi menjadi penerus
bangsa yang acuh terhadap nasib masa depan negerinya sendiri.
Lalu bagi para lansia, sosialisasi pemilu penting untuk
dilakukan karena para lansia tentu memiliki keterbatasan, baik itu dalam hal
kemampuan ingatan yang mulai berkurang, kemampuan membaca yang juga tentu
berkurang(atau bisa jadi malah banyak yang buta huruf), dll. Sosialisasi yang
penting untuk diberikan terutama berkaitan dengan tata cara memilih, mengingat
dalam pemilu hari ini saja, ada 4 surat suara yang harus dicoblos. Dan dari
masing-masing surat suara berisi banyak sekali nama-nama caleg. Hal ini tentu
membingungkan bagi para lansia untuk mencoblos caleg yang mereka pilih.
Ditambah lagi surat suara yang ukurannya begitu besar, tentu membuat mereka
merasa kesulitan dalam membuka maupun melipat kembali surat suara
tersebut.
Kebetulan hari ini aku mencoblos bersama seorang nenek, dan
untung saja di TPS tempatku memilih, nenek dibantu dalam membuka dan melipat
kembali surat suara oleh salah seorang petugas TPS. Dengan demikian nenek tidak
mengalami kesulitan dalam hal teknis membuka dan melipat, akan tetapi saat
mencoblos aku sendiri tentu tak tahu apakah coblosannya sah atau tidak.
Lain lagi dengan kisah nenekku yang memilih di TPS yang
berbeda dengan tempat aku memilih. Menurut cerita dari Ayah (yang kebetulan
melihat ketika nenekku hendak mencoblos), kebetulan nenek sudah tidak mampu
melihat dengan jelas daftar caleg yang ada di surat suara, dan ketika nenek
meminta kepada petugas TPS untuk mencobloskan/ memilihkan pada nama caleg yang
ingin dia pilih, eh petugas TPS-nya menolak dengan nada suara yang tinggi. Hal
ini membuat nenekku mengurungkan niatnya untuk mencoblos dan membiarkan hak
suaranya gugur. Aku tentu sangat menyayangkannya. Seharusnya sebagai petugas
TPS mampu bersikap bijaksana, terlebih ketika berhadapan dengan orang tua.
Memang aku sendiri tidak tahu boleh atau tidak meminta dicobloskan, walaupun
menurutku seharusnya boleh. Jika tidak pun, seharusnya petugas bisa menjawab/
menolak permintaan tersebut dengan santun, tidak dengan nada tinggi.
Kisah seperti nenekku di atas, tentu seharusnya tidak
terjadi jikalau para lansia diberikan sosialisasi yang jelas tentang bagaimana
cara mencoblos yang benar dan sah.
Sedangkan bagi para pemilih yang merantau, aku
dengar-dengar memang ada fasilitas mutasi(bisa memilih di tempatnya berada saat
ini), akan tetapi karena kurangnya sosialisasi membuat para pemilih yang
merantau ini banyak yang memilih menjadi golputers. Seperti teman-teman
kuliahku yang datang dari jauh, mereka tidak mungkin mudik untuk ikut mencoblos
karena jatah libur hanya sehari. Untuk ikut mencoblos di sini, mereka banyak
yang tak berminat karena kata mereka proses mutasi sangat ribet sehingga mereka
malas dan memilih menjadi golputers.
Lain lagi dengan kisah kakakku yang sekarang sedang
merantau di Sumatra. Kata kakakku, ia juga menjadi golputers karena ia tidak
tahu bagaimana tata cara memilih di perantauan.
Kisah-kisah tersebut membuktikan bahwa sosialisasi pemilu
yang ada sekarang ini masih sangat kurang. Hal ini berdampak pada belum
maksimalnya pelaksanaan pemilu pada tahun ini, dan pesta demokrasi ini belum
dirasakan oleh semua rakyat di penjuru negeri.
Sekian dulu ungkapan isi hatiku berkaitan dengan
pelaksanaan pemilu legislatif tahun ini. Apa yang aku tulis ini adalah apa yang
ada di fikiranku berlandaskan dengan pengamatan dan kondisi real yang ada di
sekitarku. Harapannya dengan masih adanya banyak kekurangan pada pemilu kali
ini, dapat menjadi perhatian semua pihak serta mampu menjadi pembelajaran
sehingga pelaksanaan-pelaksanaan pemilu mendatang jauh lebih baik lagi.
Bagi para caleg yang nantinya berhasil meraih kursi anggota
dewan, semoga benar-benar bisa mewakili rakyat, dan benar-benar mampu
menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar