“Aku mencintaimu Sekar, sungguh aku mencintaimu”, ucap
Bayu sembari menatap seorang wanita di depannya.
Wanita bernama Sekar itu hanya tertunduk dan menangis.
“Sekar?”, ucap Bayu seraya menyentuh wajah Sekar,
namun Sekar tampak menghindar.
“Aku nggak bisa Yu, aku nggak biasa”, jawab Sekar
terbata-bata.
Bayu adalah seorang pengusaha muda yang siap menikah.
Ia pun telah memiliki kekasih bernama Irma, teman sekelasnya dulu ketika
kuliah. Hubungan asmara mereka telah terjalin dalam kurun waktu lebih dari dua
tahun. Sebenarnya Bayu dan kekasihnya telah merencanakan pernikahan tahun ini,
namun karena kekasihnya mendapat tawaran bekerja ke Kalimantan, rencana
tersebut diundur dalam waktu yang belum mereka tentukan.
Bayu dan Irma memang terlihat sebagai sepasang kekasih
yang sangat ideal. Bayu yang masih muda, perawakan gagah, dan dengan karirnya
yang cerah termasuk dalam jajaran pemuda idola wanita. Sementara Irma merupakan
perempuan berparas cantik bak artis ibu kota.
Namun apa mau dikata, apa yang terlihat dari luar
memang belum tentu menggambarkan apa yang memang terjadi. Semenjak mereka
menjalin hubungan jarak jauh, nyatanya mulai muncul berbagai masalah yang
membuat hubungan mereka semakin renggang.
Sekar adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan
ternama. Sekar tumbuh dari keluarga sederhana. Sekar memang perempuan yang
terlahir dari kampung namun pengalaman dan pendidikan yang telah ia tempuh
menjadikannya perempuan mandiri, tangguh, dan berprinsip.
Sekar memang tak secantik Irma, namun kepribadian dan
pemikiran Sekar menjadikannya wanita yang istimewa, bahkan jauh lebih mempesona.
Lelaki-lelaki yang dekat dengan Sekar dan telah mengenal Sekar, akan sangat
mudah untuk jatuh hati kepadanya. Termasuk
Bayu.
Bayu dan Sekar dipertemukan karena mereka sama-sama
memiliki hobi menulis. Mereka tak sengaja duduk bersebelahan ketika menghadiri
sebuah acara kepenulisan. Ngobrol ringan sembari mengikuti kegiatan ternyata
berujung pada saling follow akun media social masing-masing.
Semakin hari, mereka semakin merasa menemukan
kecocokan satu sama lain. Mereka kebetulan tinggal dalam satu kota, sehingga
berjumpa tiap akhir pekan bukanlah hal yang susah untuk dilakukan.
Detik demi detik yang telah terlalui ternyata melahirkan
sesuatu yang berbeda di hati Bayu maupun Sekar. Bayu seolah menemukan apa yang
selama ini ia cari. Dalam diri Sekar, Bayu seolah menemukan pengisi hatinya
yang kosong.
Sekar pun demikian, Bayu seolah-olah menjadi pangeran
yang dikirim Tuhan untuknya. Semenjak ia ditinggal menikah oleh mantan
kekasihnya, ia merasa tak butuh pria. Meskipun selama ini, banyak pria lain
yang datang mendekatinya, namun tak sedikitpun ia tertarik. Hanya Bayu lah yang
kini mampu membuat hatinya terusik.
Pergi ke toko buku bersama, menghadiri acara-acara
launching novel-novel terbaru, pergi makan bersama, hingga ribuan obrolan lewat
media social semakin memupuk kedekatan mereka. Tak bisa dipungkiri, baik Bayu
maupun Sekar selalu menanti-nanti waktu perjumpaan mereka. Setiap hari, mereka
selalu mencari alasan untuk sekedar memulai pembicaraan melalui chat WA, dan
selalu mencari-cari alasan untuk dapat bertemu di akhir pekan.
Bagi Bayu, seperti namanya, Sekar merupakan sosok yang
selalu membuatnya berbunga-bunga. Demikian pula dengan Sekar, Bayu serupa angin
yang menghembuskan kesejukan dalam hatinya yang penuh sesak.
Tepat enam bulan semenjak pertemuan pertama mereka,
akhirnya Bayu memberanikan diri untuk megutarakan perasaannya kepada Sekar. Di
sebuah café tak jauh dari tempat kerja Sekar, Bayu mengajaknya untuk bertemu.
Berdalih ingin meminta pendapat Sekar tentang tulisannya yang akan ia kirimkan
ke penerbit, Bayu berhasil mendapatkan kata sepakat dari Sekar.
Bayu membuka pembicaraan dengan menyodorkan sebuah
naskah yang memang selama enam bulan ini berusaha ia selesaikan.
Sekar membaca tulisan Bayu dengan saksama. Belum
selesai ia membaca, sekar tak lagi menatap layar laptop Bayu.
“Aku butuh ending dari cerita ini Sekar”.
“Akan berakhir bahagia atau tidak, kisah ini
bergantung padamu”, tambah Bayu.
Sekar hanya menunduk dan belum berkomentar apapun.
“Semenjak pertemuan pertama kita enam bulan lalu, aku
benar-benar tidak bisa melupakanmu Sekar. Semua yang aku tuliskan dalam naskah
yang ada dihadapanmu ini adalah sungguhan Aku sengaja menuturkan pertemuan
kita, dan aku sengaja mengutarakan semua yang aku rasakan. Aku yakin kamu pun
mengerti bahwa tokoh utama bernama Bintang itu adalah aku, sementara Bulan itu
adalah engkau”.
“Dan Mentari yang kamu maksud adalah Irma”, potong
Sekar.
Bayu terdiam dan mengangguk.
Sekar memang tahu bahwa selama ini Bayu telah memiliki
kekasih. Bayu sendiri memang tidak pernah menutupi keberadaan Irma. Bahkan Bayu
lah yang menceritakan perihal Irma kepada Sekar.
“Iya Sekar. Perihal Irma, seperti apa yang aku
utarakan kepadamu, sudah hampir 9 bulan ini, kami tak menjalin komunikasi apa
pun. Entah Irma masih menganggapku ada atau tidak”.
Bayu dan Irma memang tengah menghadapi masalah yang
cukup berat. Keputusan Irma untuk lebih memilih masa depannya sendiri ke
Kalimantan dari pada memperjuangkan masa depannya dengan Bayu memang cukup
membuat hubungan mereka berada di ujung tanduk.
“Sekarang semua bergantung kepadamu, kisah ini, kisah
Bulan dan Bintang, kisah kita, akan berakhir seperti apa, semua bergantung
kepadamu”, ucap Bayu.
Sekar masih terdiam.
“Aku
mencintaimu Sekar, sungguh aku mencintaimu”, ucap Bayu sembari menatap Sekar.
Sekar hanya tertunduk dan menangis.
“Sekar?”, ucap Bayu seraya menyentuh wajah Sekar, namun
Sekar tampak menghindar.
“Aku nggak bisa Yu, aku nggak biasa”, jawab Sekar
terbata-bata.
“Tapi kenapa Sekar?”, ucap Bayu mencoba mengulik
alasan.
“Irma?”, lanjut Bayu.
“Sebelum aku mengenalmu, aku memang sudah memutuskan
akan meninggalkan Irma. Tetapi karena memang kami belum bertemu secara langsung
sampai sekarang, maka seolah-olah aku masih punya ikatan dengan Irma. Padahal
sejujurnya antara kami sudah tidak ada apa-apa. Yakinlah Sekar, Irma hanya masa
laluku. Dan kamu sama sekali tak merebut aku dari Irma, karena memang aku sudah
tidak ada apa-apa dengan Irma”, ucap Bayu seolah mengerti apa yang Sekar
pikirkan.
“Aku nggak bisa Yu”.
“Izinkan aku pulang lebih dulu. Aku pamit”, Sekar
bergegas bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Bayu.
Semenjak pertemuan itu, Bayu selalu mencoba
menghubungi Sekar, namun tak pernah mendapat jawaban. Di samping perasaannya
yang sangat kacau, Bayu merasa sangat khawatir terhadap Sekar.
Di tempat lain, Sekar lebih kacau daripada Bayu. Hatinya
berkecamuk. Tak bisa dipungkiri, Bayu yang menyatakan cintanya lewat sebuah
naskah cerita membuatnya sangat gembira. Sebab sungguh, Sekar pun sejatinya
sangat mencintai Bayu, dan tentu ingin Bayu menjadi miliknya. Namun melihat kenyataan
bahwa Bayu masih memiliki kekasih, meskipun sejauh ini hubungan Bayu dan
kekasihnya seolah telah sirna, Sekar tetap merasa ini bukan waktu yang tepat
untuk masuk ke kehidupan percintaan Bayu. Sekar tak ingin menjadi pihak ketiga.
Apalagi kegagalan Sekar di masa lalu juga karena hadirnya orang ketiga. Tentu
ia paham betul bagaimana diduakan. Sungguh Sekar bukanlah sekelas orang ketiga.
"Yu, aku nggak mau
berkata panjang lebar. Aku hanya ingin menanggapi naskah ceritamu. Menurutku,
pemilihan nama tokoh dalam ceritamu sudah sangat mewakili ending dari cerita
yang kamu rangkai. Aku hanya ingin mengatakan bahwa kau salah Bayu, jika kau
fikir Bulan-lah yang akan melengkapimu. Hanya karena Bulan senantiasa
mendampingimu, bukan berarti kau dapat menyimpulkan bahwa Bulan adalah belahan
jiwamu. Demikian pula dengan Mentari, meski Bintang tak Pernah bertemu dengan
Mentari, namun sejatinya kalian saling melengkapi. Sama seperti kita Yu, aku
memang berada di dekatmu, bisa selalu ada untukmu, tetapi tidak serta merta
kamu memilihku dan mengabaikan Irma. Layaknya Mentari, Irma memang tak bisa
selalu mendampingimu Yu, tetapi dia adalah sebenar-benarnya perempuan yang bisa
melengkapimu. Temui dia Yu, selesaikan masalahmu dengan Irma. Kembalilah
padanya. Lupakan aku Yu. Lengkapi ending ceritamu bersama Irma, bukan bersamaku”.
Bayu tak percaya ia menerima pesan singkat itu dari
Sekar. Hatinya remuk, masa depan indah bersama Sekar yang selama ini ia
semogakan tiba-tiba luluh lantak. Terlebih selepas mengirim pesan tersebut,
Sekar tak bias dihubungi.
Pesan singkat dari Sekar semakin membulatkan tekad
Bayu. Hari itu juga, Bayu langsung memesan tiket penerbangan paling pagi. Bayu
sudah bertekad akan pergi dari kota ini. Kepingan-kepingan hatinya yang remuk
harus segera disusun kembali. Dalam pesawat, Bayu menerima saran Sekar tentang
naskah ceritanya dan segera menyusun naskah tersebut menjadi cerita yang
lengkap. Bayu sudah berjanji akan menyerahkan ending dari cerita tersebut
kepada Sekar. Dan Sekar telah mengutarakan ending dari cerita tersebut, yakni
menjadikan Bintang kembali bersama Mentari, bukan bersama Bulan. Bayu
menerimanya.
Hanya saja, untuk ending cerita antara dirinya dan
Sekar, Bayu tak bisa pasrah begitu saja. Meski Sekar telah meminta Bayu
mengakhiri kisahnya dengan Sekar dan kembali memperbaiki hubungan dengan Irma,
Bayu tak bisa menerima ini. Justru tujuan perginya kali ini adalah ke
Kalimantan untuk menemui Irma. Bayu bertekad akan menyelesaikan semua urusannya
dengan Irma dan sesegera mungkin menemui Sekar setelah urusannya dengan Irma
beres.
“Sekar, aku akan
menyelesaikan semuanya dengan Irma. Aku sungguh mencintaimu Sekar. Dan aku akan
berjuang untuk bisa bersatu denganmu. Jika memang Bulan dan Bintang tak bisa
bersatu, aku yakin Bayu dan Sekar akan bersatu. Tunggu aku kembali Sekar.
Setelah semua urusanku dengan Irma selesai, aku berjanji akan segera menemuimu
kembali. Aku akan melamarmu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar