Jumat, 26 Juni 2015

Lebaran, Saatnya Saling Memaafkan

(Sebenarnya tulisan ini aku tulis 1 tahun yang lalu, namun entah mengapa aku sampai lupa kalau dulu pernah nulis ini. Hehe.. Tak apa lah dari pada tulisan ini hanya tersimpan rapi di laptopku mending aku share aja. Semoga bermanfaat :))

Selamat hari Raya Iedul Fitri 1435 H. Taqabalallahu minna waminkum. Minal ‘aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. :) 
 
Teman-teman kapan lebarannya? Kalau tempatku sih baru hari ini tadi. Eits, jangan fikir aku puasa 31 hari yaa.
Memang sih tempatku sholat Ied-nya juga hari Senin kemarin, sama seperti ketetapan pemerintah. Tapi open house (ujung/badan: bahasa di tempatku) baru hari ini tadi. Maklum lah, di tempatku memang masih menggunakan perhitungan Jawa untuk menentukan kapan jatuhnya hari Raya Iedul Fitri.

Di momen lebaran kali ini, ada banyak hal menarik yang aku dapatkan. Mulai dari pra-lebaran (Ramadhan) sampai hari ini. Berkaitan dengan kegiatan apa saja yang aku lakukan selama bulan Ramadhan sampai hari ini mungkin akan aku ceritakan di lain kesempatan. Khusus untuk bagian ini aku ingin sedikit membagikan pesan-pesan bapak berkaitan dengan Hari Raya Iedul Fitri. 

Hari Raya Iedul Fitri merupakan momen yang tepat untuk saling bermaaf-maafan dan menyambung silaturahmi. Tradisi semacam ini seolah telah mendarah daging di tengah masyarakat. Begitu pula dengan tradisi di daerahku. 

Setiap perayaan Hari Raya Iedul Fitri, kami selalu saling mengunjungi antar tetangga, maupun antar saudara. Berkaitan dengan ini, bapak selalu berpesan kepadaku agar aku selalu mendahulukan keluarga dan tetangga sekitar untuk dikunjungi. Setelah semua keluarga dan tetangga, baru lah aku diperbolehkan untuk berkunjung ke rumah teman-temanku. 

Mengapa keluarga dan tetangga harus didahulukan? 

Bagaimanapun hubungan darah yang menyatukan kita dalam sebuah keluarga tidak boleh terputus. Dari para leluhur sampai anak keturunannya. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa kita ini ada, lahir, tumbuh, dan dibesarkan dari dan di dalam keluarga. 

Tetangga merupakan keluarga kita yang paling dekat. Bagaimanapun kita tidak dapat hidup tanpa orang lain. Meskipun kita berasal dari latar belakang yang berbeda, akan tetapi wilayahlah yang menyatukan kita. Apapun yang sedang kita alami, tetangga lah orang yang selalu mengerti dan dapat membantu kita dengan segera. Terlebih hidup di desa seperti aku, keberadaan tetangga sudah seperti keluarga. Sehingga tak heran jika keluarga sedarah dan  tetangga harus kita dahulukan. 

Yahh, ini hanya masalah prinsip. Siapa yang didahulukan dan siapa yang di nomor sekiankan. Akan tetapi lebih dari itu semua, di momen iedul fitri seperti sekarang ini tak ada salahnya untuk mengunjungi dan bermaaf-maafan dengan sebanyak mungkin orang yang kita kenal. Karena sejatinya yang terpenting adalah bukan siapa yang harus didahulukan, namun esensi dari ketulusan hati untuk saling memperbaiki diri itu yang penting. 

Kamar tidurku, 30 Juli 2014; 23.49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar