Kamis, 06 September 2018

Mengenali Diri

Refleksi Kuliah Filsafat Matematika

Oleh: Endah Kusrini/ 13301241075/ Pend. Matematika I 2013


Anda itu bukan tong kosong, masing-masing mempunyai pengalaman. Kalau umur Anda sekarang 21 tahun, maka Anda butuh 21 tahun untuk menceritakan kembali pengalaman Anda. Filsafat adalah fikiranmu masing-masing. Filsafat adalah penjelasanmu tentang hidupmu. Maka di sini saya tidak akan berfungsi sebagai pemberi filsafat. Bukan. Karena jika saya pemberi filsafat, dan Anda adalah penerima filsafat, maka itu namanya perintah. Sama halnya ketika Anda di sekolah. Jika Anda menjelaskan di kelas, itu namanya perintah. Buktinya kalau siswa Anda tidak memperhatikan, Anda akan marah.

Dalam berfilsafat sangat erat kaitannya dengan intuisi. Intuisi itu perlu dikembangkan. Orang yang bingung menentukan arah, utara selatan, barat timur, berarti mengalami disorientasi, mengalami gangguan dalam intuisinya. Orang yang mengalami gangguan dalam hal intuisi, hidupnya tidak akan efektif. Oleh karena itu, intuisi perlu dipertahankan, jangan berfoya-foya pada alat. Jangan hanya bergantung pada alat. Misalnya jika sudah terbiasa berhitung dengan kalkulator, maka akan selalu nyaman jika berhitung dengan kalkulator. Namun jika terlalu sering menggunakan kalkulator, maka ia akan kehilangan intuisi perhitungan.

Dalam setiap komunikasi ada ekspektasi. Ekspektsi itu bersifat intuitif. Contohnya, hari ini saya mengajar di kelas ini, karena kemarin saya sudah melihat jadwal. Sebagian besar dari hidup kita adalah intuisi. Mengerjakan matematika itu juga intuisi. Intuisi itu dapat dipecah menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah intuisi 21. Contohnya adalah jika kita menulis ax2 + bx. Ketika menulis bx, kita masih teringat ax2. Ketika kita mengerjakan soal di lembar selanjutnya, maka kita masih ingat apa yang kita tulus di lembar sebelumnya. Itulah yang disebut sebagai intuisi 21. Jadi intuisi itu karunia yang sangat berharga. Dan gunanya filsafat adalah untuk menyadari hal itu. 

Metode mempelajari filsafat itu dalam sedalam-dalamnya, luas seluas-luasnya. Saya punya intuisi, sebelumnya juga punya intuisi, esok pun juga punya intuisi. Anak umum 5 tahun yang menirukan orang dewasa, juga punya intuisi. Dia tidak perlu tahu apa itu intuisi, tetapi dia sedang menerapkan intuisinya. Yang demikian ini artinya bukan sedang berfilsafat. Sedangkan saya yang sedang menelaah tentang intuisi, artinya saya sedang berfilsafat. Filsafat itu memikirkan pikiran, memikirkan intuisi, tidak hanya melakukan saja. Jadi jika Anda memikirkan “kenapa?” tentang suatu hal, berarti Anda sedang berfilsafat.

Jika Anda bertanya “Bagaimana cara membujuk seseorang agar mau mengikuti kita?” Justru sekarang pertanyaannya adalah mengapa engkau perlu seseorang/ orang lain untuk mengikutimu? Karena sejatinya apabila engkau mengikuti seseorang, maka engkau akan kehilangan dirimu sendiri.

Lalu jika Anda bertanya, “Mengapa kehilangan seseorang itu menderita?”. Dunia ini sifat, hidup ini sifat, engkau itu sifat, engkau satu sifat yang tersusun dari bermilyar-milyar sifat. Engkau bebas memilih icon untuk dirimu sendiri. Kita punya bermilyar-milyar sifat tetapi kita punya keterbatasan untuk menyadarinya/ mengetahuinya. Contohnya sel darah putih, apakah anda dapat melihatnya? Ini sebagai refleksi pula untuk kita bahwa janganlah kita sombong di dunia ini, sebab kita hanya mengetahui sedikit saja dari apa yang Tuhan ciptakan. Dan terkait kehilangan yang menyakitkan, kehilangan itu sunatullah, sebab di dunia ini, lambat lauin sifat-sifat yang melekat pada diri kita akan dihilangkan sedikit demi sedikit, satu demi satu, sampai yang tertinggal hanyalah jasad, amal, dan perbuatan.

“Tulisan ini merupakan refleksi pertemuan pertama kuliah Filsafat Matematika di kelas Pendidikan Matematika Internasional 2013 bersama Prof. Marsigit“.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar