Kamis, 15 November 2018

Mengenal Filsafat


Refleksi Pertemuan 1
Oleh:
Endah Kusrini
18709251015
Pendidikan Matematika A 2018

Tulisan ini merupakan refleksi pertemuan pertama kuliah Filsafat Ilmu yang diampu oleh Prof Marsigit. Kuliah dilaksanakan pada hari Selasa, 04 September 2018, pukul 15.30-17.10 WIB, di ruang I. 01.1. 01. 01 Gedung Pascasarjana UNY. Kuliah dihadiri oleh 18 orang mahasiswa dari kelas Pendidikan Matematika A 2018.
Kuliah diawali dengan berdoa menurut keyakinan masing-masing yang dipimpin oleh Prof Marsigit. Perkuliahan hari ini merupakan perkuliahan pertama, sehingga setelah berdoa dilanjutkan dengan perkenalan. Mula-mula Prof Marsigit meminta para mahasiswa untuk menyebutkan nama dan asal daerah. Beberapa mahasiswa di kelas ini pernah mengikuti perkuliahan bersama Prof Marsigit ketika S1, sehingga dapat dijadikan narasumber terkait system perkuliahan filsafat yang akan dijalani. Karena pada dasarnya, perkuliahan filsafat di bangku S1 sama seperti perkuliahan filsafat di bangku S2, yang membedakan hanyalah jenis pertanyaan dan pemikirannya.

Prof Marsigit menjelaskan bahwa beliau menerapkan blended learning selama proses perkuliahan. Artinya ada perkuliahan yang dilakukan dengan tatap muka langsung dan ada perkuliahan yang dilakukan secara online. Perkuliahan tatap muka langsung dilaksanakan setiap hari Selasa sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, sedangkan perkuliahan online dilakukan melalui blog. Alamat blog beliau yaitu http://powermathematics.blogspot.com. Blog tersebut dibuat untuk memfasilitasi mahasiswa agar dapat belajar filsafat di mana pun dan kapan pun.
Prof Marsigit meminta para mahasiswa untuk membuka HP kemudian mengakses Google. Beliau meminta mahasiswa untuk mengetik nama beliau di kotak pencarian Google. Google menampilkan berbagai artikel dan prestasi yang telah dicapai oleh Prof Marsigit. Hal tersebut cukup memotivasi saya untuk terus mengembangkan diri agar dapat berprestasi seperti beliau.
Kemudian Prof Marsigit meminta mahasiswa untuk membuka blog beliau. Prof Marsigit menjelaskan bahwa dalam blog tersebut terdapat kurang lebih 800 bacaan. Mahasiswa diwajibkan untuk membaca bacaan tersebut dan membuat komentar. Komentar-komentar yang diberikan akan digunakan sebagai salah satu komponen penilaian. Prof Marsigit menjelaskan bahwa untuk mendapatkan nilai A, jumlah komentar minimal yang dibuat adalah 600. Akan tetapi, dalam membuat komentar tidak boleh asal komentar, namun komentar harus memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas di dalam hati dan ikhlas di dalam pikiran. Ikhas di dalam hati artinya jujur, barokah, doa, tidak manipulatif, tidak main curang, dan tidak hanya berorientasi pada pencapaian target. Ikhlas di dalam pikiran berarti memahami maksud dari bacaan. Selain komentar, komponen lain yang menjadi bagian dari penilaian yaitu mahasiswa diwajibkan membuat refleksi perkuliahan dan mengikuti ujian dalam setiap pertemuan.
Selain menjelaskan tentang system perkuliahan, Prof Marsigit juga memperkenalkan dirinya. Prof Marsigit juga menjelaskan arti nama beliau. Nama beliau memiliki tiga arti yang dipandang dari tiga sudut pandang yang berbeda, yakni arti secara spiritual, arti secara kontemporer, dan arti secara klasik. Pada intinya, nama adalah doa. Doa yang dipanjatkan dan diwariskan oleh orang tua kepada setiap anaknya.
Kemudian Prof Marsigit mulai menjelaskan tentang filsafat. Pada dasarnya, belajar filsafat adalah belajar tentang pemikiran. Belajar filsafat dengan Prof Marsigit, artinya mempelajari pemikiran dan pengalaman hidup dari Prof Marsigit. Belajar filsafat berarti mempelajari pemikiran para filsuf. Filsafat itu bertingkat, dari beberapa filosofi turun menjadi ideology. Dari ideologi turun menjadi paradigm. Paradigm turun menjadi teori. Teori turun menjadi model. Model turun menjadi sintaks. Dan terakhir, sintaks turun menjadi contoh.
Semua ilmu tersusun dari dua hal, yaitu objek material dan objek formal. Objek material itu isinya dan objek formal itu metodenya. Sebagai contoh, melihat ada dua hal, yaitu apa yang dilihat dan bagaimana engkau melihat. Ilmu juga begitu, ibadah juga, berkeluarga juga, contohnya punya istri, berarti siapa istrinya dan bagaimana beristri. Jika ada seribu orang, tentu akan ada seribu macam cara, bagaimana dia beristri. Contoh lain adalah makan, apa yang dimakan dan bagaimana cara makan. Mendengar juga begitu, apa yang didengar dan bagaimana cara mendengar. Tidur juga begitu. Batuk juga macam-macam. Maka sebenar-benar filsafat itu berpikir.
Dari sisi material, yang berada pada posisi paling tinggi adalah spiritual, baru di bawah spiritual ada filsafat. Sedangkan objek formal merupakan tata cara, metodologi, atau adab. Manusia yang cerdas adalah manusia yang beradab. Jangankan manusia, tumbuhan, biantang, gunung meletus pun ada tata caranya. Tata cara ada yang rekayasa manusia ada pula yang merupakan kodrat dan takdir dari Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, Prof Marsigit memberi nasihat agar dalam berfilsafat jangan sampai salah paham. Sebelum berfilsafat, kita harus menguatkan dulu agama kita masing-masing, berdoa dengan lebih seirus, meningkatkan dalam beribadah, dan jangan sampai salah cara. Apapun agamanya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Karena pada akhirnya nanti, berfilsafat adalah kembali kepada kehidupan masing-masing.
Filsafat merupakan olah pikir, walaupun tidak hanya itu. Filsafat berada di bawah spiritual tapi tidak akan pernah menjangkau spiritual, karena antara filsafat dan spiritual berbeda domain. Domain filsafat adalah pikiran, sedangkan domain spiritual adalah hati dan yang lainnya. Filsafat lebih lembut dari benda yang paling halus, benda yang belum lembut. Udara itu belum lembut. Konon eter adalah pengisi udara. Filsafat lebih lembut dari eter. Karena filsafat bisa mengisi ruang tanpa mengisi. Sebagai contoh, orang yang berbicara itu sudah ada yang berlari dari mulut ke pikiran orang lain, dari kepala ke pikiran orang lain. Artinya filsafat mampu mengisi ruang tanpa mengisi. Yang bisa mengalahkan kelembutan filsafat adalah kelembutan hati atau spiritual. Tidak ada yang bisa menandingi spiritual. Prof Marsigit menjelaskan bahwa wujud spiritual yang paling bisa dipahami manusia adalah cahaya.
Setelah memberi gambaran umum tentang filsafat, Prof Marsigit meminta mahasiswa untuk membuka HP kembali. Prof Marsigit meminta mahasiswa untuk mengakses Youtube. Beliau meminta mahasiswa untuk mencari video ketoprak yang berjudul “Rembulan Kekalang”. Pertunjukan ketoprak tersebut merupakan pentas para guru besar UNY dalam rangka dies natalis ke-54 UNY. Prof Marsigit mengarahkan mahasiswa untuk menyaksikan beberapa adegan dalam video tersebut. Dari video tersebut terlihat bahwa Prof Marsigit berperan sebagai seorang Raja, yaitu Pangeran Purboyo. Selain Prof Marsigit, dalam pentas ketoprak tersebut, Bapak Rektor UNY juga memerankan seorang tokoh, yaitu Pangeran Adi Mataram.
Setelah menonton cuplikan video, Prof Marsigit meminta beberapa mahasiswa untuk berkomentar. Inti dari cuplikan ketoprak tersebut adalah pergantian kekuasaan dari Raja, yang diperankan oleh Prof Marsigit kepada Pangeran Adi Mataram yang diperankan oleh Bapak Rektor UNY. Kemudian terjadi pemberontakan ke kerajaan. Seseorang bermaksud menangkap dan menyelakai Sang Raja, namun upaya tersebut mampu digagalkan oleh Sang Raja.
Kemudia Prof Marsigit memberi penjelasan kepada mahasiswa bahwa dalam berfilsafat dapat berangkat dari hal apa saja, misalnya dari apa yang dipikirkan, apa yang didengar, dan apa yang dirasakan dapat digunakan sebagai awal berfilsafat. Begitu pula ketoprak yang baru saja disaksikan, dapat pula kita pikirkan maknanya secara filosofis. Oleh karena itu, Prof Marsigit menyarankan para mahasiswa yang berasal dari Luar Jawa untuk mempelajari bahasa Jawa beserta kebudayaan-kebudayaannya selama berada di Jogja.
Kemudian Prof Marsigit menjelaskan lebih jauh makna filosofis dari cerita ketoprak yang baru saja disaksikan. Dari ketoprak tersebut dapat diterjemahkan, dapat diturunkan dalam pragmatis value atau nilai-nilai. Yang dapat kita lihat dengan jelas adalah kualitas pertama, sedangkan selebihnya adalah kualitas kedua, ketiga, dan seterusnya. Selebihnya adalah yang semua dikurangi yang pertama. Filsafat dapat ditaruh di depan apa saja. Sebagai contoh yaitu filsafat ilmu, filsafat olahraga, filsafat tempe, filsafat handphone, filsafat kacamata. Contoh-contoh tersebut menjadi kualitas pertama. Kualitas sebaliknya disebut kualitas metafisik. Kualitas metafisik adalah apa yang ada disebalik yang terlihat. Karena pada dasarnya, setiap hal tidak hanya apa yang terlihat semata. Termasuk manusia. Apa yang ada dalam diri manusia, yang dapat terlihat merupakan kualitas pertama, misalnya memakai jilbab merah, geleng-geleng, kedip-kedip, dll. Sedangkan selebihnya adalah semuanya dikurangi kualitas pertama.
Dari cerita ketoprak, kerajaan diserang oleh pemberontak. Raja akan ditusuk. Ditusuk jika kita pandang secara harfiah berarti sakit, bisa mati. Namun jika kita pandang secara metafisik, ditusuk berarti goadaan. Hidup ini penuh dengan godaan. Contohnya godaan marah, menipu, tidak jujur, KKN, godaan menyiarkan berita bohong, dll. Lalu siapa orang yang menusuk? Orang yang menusuk adalah penggoda-penggoda tadi, termasuk godaan untuk mengambil yang bukan haknya, antri berdesak-desakan, yang mendesak adalah orang yang menusuk, manusia tak beradab, tidak tahu tata cara. Dia termasuk golongan yang ingin mengambil hak yang bukan miliknya.
Kemudian ada pula adegan berperang. Berperang artinya keluar dari kegelapan atau keburukan. Untuk menangkap penjahat atau keluar dari kegelapan caranya yaitu diikat dengan ilmu. Berilmu berarti tidak fakir. Tidak berilmu itu fakir. Fakir cenderung miskin. Orang yang tidak berilmu cenderung miskin. Orang yang miskin cenderung tidak berilmu. Sehingga salah satu tujuan mencari ilmu adalah agar tidak fakir dan diharapkan tidak miskin. Miskin dalam filsafat itu semuanya. Contohnya miskin ilmu, miskin silahturahmi, dll. Oleh karena itu ilmu itu penting untuk mengikat kebodohan.
Ada pula adegan mengerahkan prajurit untuk melawan pemberontak. Artinya manusia tidak akan bisa hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu bekerja sama dan berbuat baik kepada orang lain sangatlah diperlukan.
Selanjutnya, Prof Marsigit menjelaskan bahwa beliau tidak berharap mahasiswa akan menjadi seperti beliau. Karena belajar itu hidup. Filsafat itu hidup. Hidup itu menembus ruang dan waktu. Sehingga belajat dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun.
Kuliah selesai, kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Prof Marsigit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar